
Rumah Joglo adalah sebuah jenis rumah yang dibangun oleh penduduk nusantara di daerah Jawa Tengah dan Timur. Bentuk rumah adat ini memiliki keunikan dimana atapnya dibangun sangat tinggi dan ada empat penyangga rumah yang disebut dengan soko guru. Rumah joglo bukanlah satu-satunya rumah adat di Jawa. Terdapat beberapa jenis rumah adat lain dengan ukuran lebih kecil daripada rumah Joglo. Nama rumah ini dibuat dari bentuk bangunan atap rumah yang memiliki bentuk Joglo. Rumah ini juga sangat populer dalam kalangan masyarakat Indonesia karena ukurannya, keunikan penampilannya dan orang-orang yang tinggal didalamnya..
Rumah berukuran besar ini dihuni oleh orang yang memiliki kekuatan finansial lebih tinggi. Mereka biasanya digolongkan kepada bangsawan atau priyayi. Dilihat dari bentuk dan ukuran rumah jelas bahwa rumah ini disesuaikan dengan status sosial penghuninya. Lahan yang digunakan untuk membangun rumah ini cukup luas dan bahan yang dibutuhkan dalam membangun juga lebih banyak.
Rumah ini berhubungan langsung dengan status sosial seseorang sehingga ada batasan bagi orang-orang yang berada pada derajat lebih rendah dalam kehidupan sosial dianggap tidak patut untuk membuat rumah Joglo walupun mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya. Pembatasan ini cukup masuk akal karena orang-orang yang tinggal di rumah ini juga merupakan orang-orang dengan status sosial yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Sampai saat ini permasalahan mengenai batasan untuk membangun rumah Joglo ini masih berlaku walupun cukup banyak orang yang melanggarkanya karena Indonesia memang tidak memiliki hukum baku untuk pelestarian adat istiadat.

Bagian-Bagian dari Rumah Adat Joglo
Seperti halnya rumah bangsawan pada umumnya rumah Joglo juga memiliki beberapa bagian dan bangunan tambahan. Casanesia mencatat lima macam bangunan di area Rumah Joglo yaitu:
- Pendopo
- Peringgitan
- Omah
- Dalem
- Senthong
Masing-masing bagian dari rumah ini memiliki fungsi tersendiri. Ketersediaan banguanan tambahan ini dan pembagian rumah menurut fungsinya menunjukkan luas bangunan yang cukup signifikan. Para bangsawan yang memiliki banyak tanah luas akan lebih mudah dalam mengelola dan membangun semua bangunan tambahan ini. Bangunan tambahan juga merupakan ciri khas penting yang menentukan perbedaan rumah Joglo dari rumah adat lain di Jawa. Bangunan tambahan ini selalu ditempatkan pada posisi tertentu di sebuah rumah Joglo. Pemilihan tempat ini tentu saja memiliki pendalaman alasan dan filosofi tersendiri.
Pendopo merupakan bangunan yang diletakkan pada bagian depan area rumah. Pendopo memiliki fungsi khusus sebagai tempat untuk menyambut tamu dan melaksanakan pagelaran adat. Beberapa kegiatan sosial yang penting dalam urusan politik kenegaraan atau politik daerah. Pendopo juga dibangun dengan menggunakan atap joglo. Hanya orang kaya yang memiliki bangunan ini dirumahnya.

Peringgitan ditempatkan diantara Pendopo dan Omah. Ketiga bangunan ini saling berhubungan dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga pelaksanaan kegiatan di Peringgitan atau Pendopo dapat dilakukan dengan mudah oleh tuan rumah. Peringgitan sendiri berarti wayang. Nama ini digunakan karena Peringgitan memang dipakai untuk pagelaran wayang. Atap dari Peringgitan adalah bentuk atap rumah kampung atau limasan.
Omah adalah bagian utama dari kompleks Rumah Joglo. Nama bangunan ini menggunakan kata yang bermakna rumah dimana para tuan rumah berkumpul. Atap dari bangunan ini bisa limasan atau joglo tergantung pada kekuatan ekonomi si tuan rumah. Lantai bangunan ini juga ditinggikan untuk menjaga kesucian bagian dari kompleks tersebut dari binatang ataupun serangga.
Dalem merupakan bagian rumah rumah adat Jawa yang dibuat dalam beberapa bagian. Bangunan ini tertutup dan memiliki pembagian dalam berbagai jenis ruangan baik yang ada di depan, belakang atau di tengah.
Senthong adalah bangunan yang dibuat untuk keperluan khusus. Bangunan terbagi dalam tiga bagian dimana bagian Barat dari bangunan tersebut akan digunakan sebagai tempat menyimpan beras. Peralatan pertanian untuk mendapatkan beras ini akan berada pada bagian Timur. Pasangan yang baru menikah akan ditempatkan pada Bagian tengah rumah.

Beberapa Jenis Rumah Adat Jawa Lain
Selain Rumah Joglo terdapat juga beberapa jenis rumah lain yang ada di Jawa. Rumah Kampung misalnya merupakan bangunan dengan dua atap persegi panjang. Bagian samping dari atap akan ditutup dengan keyong. Bangunan ini memiliki 4 tiang dan di bagian ata terdapat dua tinag pengikut dan tiang utama untuk menjaga kekokohan struktur atap. Kebanyakan masyarakat yang tinggal di desa akan memiliki rumah seperti ini. Jumlah rumah kampung ini sangat banyak dan cukup sering ditemukan. Tentu saja hal ini mendorong asumsi bahwa Rumah Kampung merupakan tempat bagi masyarakat biasa.
Pilihan rumah lain untuk adat Jawa adalah rumah limasan. Rumah ini memiliki bentuk arsitektur tradisional Jawa dimana keberadaan dan penggunaan rumah ini tercatat dalam sebuah relief. Di dalam relief ini terdapat catatan mengenai keberadaan rumah dan aturan dalam pembuatannya. Dalam catatan tersebut dijelaskan bahwa pembuatan rumah ini tidak dapat dilakukan sembarangan. Prosesnya akan melibatkan berbagai jenis ritual dan persembahan dengan pemahaman filosofi mendalam mengenai rumah setiap detil dari rumah tersebut. Keluarga Jawa yang tinggal di daerah ini juga memiliki struktur yang rumit dimana karena terkadang ada keluarga lain yang ikut tinggal di rumah adat tersebut.